Selasa, 28 Februari 2012

Komunitas Fans Klub Sepakbola Real Madrid FC, Peňa Real Madrid de Indonesia Regional Batam



MADRIDISTA INDONESIA REGIONAL BATAM atau sekarang disebut Peňa Real Madrid de Indonesia Regional Batam  diprakarsai oleh 4 orang pada tanggal 14 Agustus 2011 . Pada saat itu penggemar Real Madrid di kota Batam  masih belum ramai dan seaktif sekarang. Bermula dari obrolan di facebook dan media social lainnya, keempat orang ini (RizalEdyIfan, dan Dody) mencoba untuk mempersatukan para pecinta klub Real Madrid FC di kota Batam. 

Usaha yang mereka lakukan pada saat itu masih sebatas berbincang dan membahas pertandingan Real Madrid melalui media social yang ada. Berbekal kecintaan yang besar terhadapReal Madrid, sedikit demi sedikit para pecinta klub Real Madridmulai bergabung di group Madridista Indonesia Regional Batam.
Dan akhirnya pada tanggal 15 Agustus 2011, diadakan gathering pertama dan Madridista Indonesia Regional Batam resmi berdiri. Pada saat itu saudara Rizal Aksa terpilih menjadi Ketua Madridista Indonesia Regional Batam. Semangat tersebut tidak berhenti sampai disitu. Para pengurus yang terpilih pada saat itu mulai melakukan koordinasi dan pengumpulan anggota. Kegiatan-kegiatan Madridista Indonesia Regional Batampun mulai terlaksana satu-persatu. 
Salah satunya adalah kegiatan futsal. Fun futsal diadakan untuk menghimpun para pecinta Real Madrid, sekaligus silahturahmi untuk mempererat persaudaraan diantara Madridista
Tidak cukup sampai disitu saja, kegiatan Nonton Bareng El Clasico pun terlaksana. Bertempat di salah satu restoran fast food di Batam Centre, acara Nobar El Classico terbilang  sukses terlaksana.

  
Event tersebut akhirnya dimaksimalkan oleh para pengurusMadridista Indonesia Regional Batam untuk menghimpun para anggota secara resmi. Hingga saat ini, anggota resmi Madridista Indonesia Regional Batam tercatat sebanyak 40 orang dan masih bertambah. 
Animo para pendukung Real Madrid ini pun akhirnya diakomodir oleh para pengurus untuk melaksanakan kegiatan yang bersifat rutin. Mulai dari kegiatan olahraga futsal sampai acara nonton bareng akhirnya menjadi sebuah kegiatan wajib yang dilaksanakan Madridista Indonesia Regional Batam. 
Seiring berjalannya waktu, perombakan pengurus di Madridista Indonesia Regional Batam pun terjadi. Posisi ketua yang selama ini dijabat oleh saudara Rizal, akhirnya digantikan oleh saudara Dodi. Tugas berat yang diemban oleh saudara Dodi, menjadi sebuah tantangan yang besar kedepannya. 
Semoga semangat kebersamaan ini masih tetap terjaga demi kemajuan Madridista Indonesia Regional Batam.

Mari Bergabung , Peňa Real Madrid de Indonesia Regional Batam!

Join Group FB PRMI Batam 
disini
Situs Ofisial Kami disini
Atau follow Twitter kami disini
UNIDOS POR UNA MISMA FE  "dipersatukan oleh satu tujuan" 
HALA MADRID, SIEMPRE FIELES! 


 *Pembukaan Liga Futsal BP Batam
*Tim FUTSAL MIBA
*Nomad El Clasico 2011


*Kumpul Sore di KFC Galael Batam

Kamis, 12 Januari 2012

El Clasico, Cerita Klasik Duo Seteru Abadi


Awal Mula El Clasico dan Bumbu Yang Menjaga Rivalitasnya

El Clasico musim ini adalah duel dua klub yang paling dinanti beberapa bulan ini sejak Jose Mourinho menandatangani kontraknya bersamaReal Madrid. Seperti yang kita ketahui selama ini, Mourinho adalah klub yang paling membenciBarcelona FC dan pernah mengatakan terang-terangan tidak akan pernah melatih klub tersebut di sisa karirnya nanti, karena klub Catalan itu adalah musuh abadi baginya. Pernyataan The Special Onetersebut seolah menjadi bumbu tersendiri bagi rivalitas abadi kedua klub raksasa Spanyol tersebut. Berikut adalah beberapa sejarah rivalitas dan bumbu yang menyebabkan perseteruan kedua tim El Clasico kian abadi.









Awal Rivalitas

Menurut Phill Ball, penulis dari 'Morbo: The Story of Spanyol Football,' yang lebih suka menyebut rivalitas ini dengan 'Perang Saudara Spanyol', awal perseteruan antara Barca dan Real dimulai sejak awal dekade 30an saat publik Barcelona yang jenuh terhadap kecenderungan sentralisasi kota Madrid di era kediktatoran Franco.
Barcelona saat itu seolah ingin membentuk sesuatu yang merupakan reputasi, identitas dan lambang kebanggaan Catalan. Barcelona saat itu lebih memihak kepada oposisi yang hampir mirip rezim fasis, dengan beberapa pemain Barcelona mendaftar pada oposisi tersebut di tahun 1934. Di saat mereka mulai membangun reputasi tersebut, pecahlah rivalitas keduanya tatkala Presiden Barcelona Josep Sunyol dibunuh oleh pasukan pengawal Franco saat mengunjungi Pasukan Republik di bagian utara kota Madrid.
Bumbu-Bumbu Perseteruan
Perseteruan antara dua klub besar Spanyol ini kian meruncing di tahun-tahun berikutnya. Bukan hanya merebutkan gelar juara di berbagai kejuaraan, kedua klub juga acap kali berduel dalam perebutan pemain bintang. Bahkan, kepindahan seorang pemain untuk menyeberang ke klub yang notabene musuh abadi mereka itu dianggap sebagai pengkhianatan. Berikut beberapa momen yang menjadikan rivalitas keduanya kian menguat:

Alfredo Di Stevano, 1950
Di Stefano yang saat itu bermain untuk klub Club Deportivo Los Millonarios dari kota Bogota, Kolombia, merupakan striker yang bersinar di masanya. Baik Barca maupun Madrid berlomba untuk memburu tanda tangan pemain Argentina yang mencetak 90 gol dari 101 laga bersama Millonarios. Keduanya bahkan mengklaim bahwa di Stefano adalah milik mereka sebelum pemain itu pindah dari River Plate ke Millonarios. FIFA pun harus turun tangan untuk menengahinya, dan memutuskan bahwa Barca dan Madrid akan bergantian musim untuk menggunakan jasa pemain itu.

Namun, dengan adanya campur tangan Franco yang mengintervensi Presiden klub Barcelona, Di Stefano akhirnya resmi menjadi milik Real pada tahun 1950. Meski klub itu memberi pernyataan bahwa si pemain secara sukarela memilih mereka. Kebencian Barca kian memuncak kepada Real dan pemain Argentina tersebut, karena Di Stefano mencetak dua gol dalam laga pertamanya melawan Barcelona.

Bernd Schuster, 1989
Schuster merupakan bagian penting dari tim Catalan itu selama kurun waktu 1980 hingga 1988. Ia adalah jendral lapangan tengah Barcelona yang juga menciptakan banyak gol dari kakinya untuk mengantarkan Barcelona menjadi juara La Liga pada musim 1984–85, dua kali juara Piala Liga di musim 1982–83, 1985–86 dan runner up Liga Champions Eropa pada musim 1985–86. Madrid yang kepincut dengannya kemudian membajak pemain asal Jerman ini pada tahun 1989.

Schuster pun berhasil memberi El Real dua kali gelar La Liga (1989,1990) serta gelar Copa del Rey dan Piala Super Spanyol di tahun 1989. Ia kembali ke Madrid untuk menjadi pelatih pada tahun 2007, akan tetapi ia hanya mampu bertahan semusim saja.

Michael Laudrup, 1995
Pemain Denmark ini adalah salah satu dari tiga pemain asing di The Dream Team Barcelona di bawah asuhan Johan Cruijff selain Ronald Koeman dan Hristo Stoichkov. Ia turut andil dalam kesuksesan Barca merebut gelar juara La Liga 4 musim berturut-turut (1991 hingga 1994), dan meraih gelar Liga Champions pada tahun 1991-92. Kegagalan Barca meraih gelar juara Liga Champions di tahun 1994 bisa dibilang karena tanpa adanya Michael di final. Cruijff lebih memilih Romario daripada dirinya untuk memenuhi kuota tiga pemain asing yang diperbolehkan tampil pada saat itu. Barca pun kalah telak 0-4 dari AC Milan di final.

Usai bersitegang dengan Cruijff, Laudrup kemudian memutuskan berkhianat dengan pindah ke seteru abadi mereka, Real Madrid di tahun 1995, yang langsung mengantarkan klub ibu kota Spanyol tersebut meraih juara La Liga di tahun pertamanya. Prestasinya itu membuat namanya abadi dalam sejarah sepak bola Spanyol, ia adalah satu-satunya pemain yang merebut gelar juara La Liga 5 kali berturut-turut dari dua klub yang berbeda.

Luis Enrique, 1996
Entah apa yang ada di benak Enrique yang lebih memilih Barcelona usai melihat kontraknya di Real Madrid tidak akan diperpanjang. Dengan status free transfer ia melenggang dengan santai ke seteru abadi klubnya tersebut. Namun sayang, di tahun pertama kepindahannya, Real yang ia tinggalkan malah menjadi juara La Liga. Ia merupakan satu-satunya pemain yang menorehkan namanya di sejarah indah El Clasico. Enrique merupakan pemain yang mencetak gol di duel ini dari dua klub berbeda, dari 5 golnya di El Clasico, 1 ia sumbangkan untuk Real dan 4 untuk Barcelona.


Luis Figo, 1998
Banyak yang menganggap kepindahan Luis Figo yang kala itu menjadi pangeran Catalan adalah usaha pembalasan Real terhadap aksi Enrique. Pemain Portugal itu juga termasuk penentu sukses Barca meraih gelar Piala Winner dan La Liga pada musim 1996-97, dan tiba-tiba saja ia menandatangani transfernya ke Madrid yang pada saat itu sedang membangun proyek Los Galaticos. Banyak pendukung Blaugrana yang tidak terima dengan pengkhianatan pemain yang mereka favoritkan di Nou Camp selama 5 tahun terakhir tersebut.

Bahkan mereka tetap mendendam dengan pemain yang kemudian membawa Real meraih gelar juara Liga Champions Eropa dan Piala Super Eropa di tahun 2002 tersebut. Saat duel El Clasico di Nou Camp pada tahun 2002, pendukung Barca melemparinya dengan koin dan benda-benda lain karena menganggapnya mata duitan saat ia mengambil eksekusi corner kick, lebih parah lagi pendukung Barcelona memasang kepala Babi di area tendangan sudut.
Mungkin perseteruan kedua tim ini akan menguat jika bintang mereka sepertiLionel Messi atau pun Cristiano Ronaldo berani menyeberang ke lawan mereka. Atau lebih ekstrim lagi jika pelatih mereka baik Mou atau pun Josep Guardiola yang pindah. Mungkin tidak mungkin? Who knows? Bola itu bundar. 

El Clasico di Copa Del Rey

 Barcelona memastikan laga El Clasico bertambah musim ini setelah mengeliminasi Osasuna di babak 16 Besar Copa del Rey, Jumat (13/1) waktu Indonesia. 

Sempat dikejutkan oleh gol Dejan Lekic menjelang turun minum, Alexis Sanchez akirnya menyamakan kedudukan di awal babak kedua. Pemain belia Sergio Roberto ikut menyumbang gol untuk memastikan kemenangan 2-1 El Barca di Reyno de Novarra.

Pep Guardiola menurunkan sebagian besar pemain muda di pertandingan ini. Isaac Cuenca, Sanchez dan Pedro Rodriguez menjadi pilihan utama di lini depan. Sementara Jose Manuel Pinto yang berdiri di bawah mistar dipercaya mengenakan ban kapten.

Barca memperoleh peluang emas di menit kelima melalui Pedro. Namun, tendangannya bisa ditepis Asier Riesgo dan hanya membuahkan sepakan pojok. Di menit ke-16 Osasuna mengancam gawang Pinto. Kesalahan Eric Abidal membuat kemelut di depan gawang. Lekic melakukan percobaan pertama, lalu kemudian dilanjutkan Punal. Beruntung Gerard Pique dan Pinto sukses membendung serangan tersebut.

Barcelona yang menguasai pertandingan justru tidak banyak menciptakan peluang. Sebaliknya, tim tuan rumah beberapa kali membuat Pinto jatuh bangun menyelamatkan gawangnya.

Skuad besutan Mendilibar akhirnya unggul di menit ke-42 melalui Lekic. Raoul Cedric Loe berhasil mencuri bola dari barisan belakang Barca. Pemain muda Prancis ini kemudian meneruskannya kepada Roberto yang memberikan umpan untuk Lekic. Striker asal Serbia melepaskan tendangan keras yang gagal dibendung Pinto.

Keunggulan Osasuna tak bertahan lama karena Barca mampu menyamakan kedudukan saat babak kedua baru berjalan tiga menit. Sebuah crossing matang dilepaskan Adriano dan Sanchez tanpa kesulitan meneruskan si kulit bundar ke gawang Riesgo.  

Azulgrana menggandakan keunggulan di menit ke-71. Berawal dari sodoran Lionel Messi, sepakan kaki kiri pemain muda Sergio Roberto memaksan Riesgo kembali memungut bola dari gawangnya. Hingga peluit akhir dibunyikan, tidak ada tambahan gol tercipta.(goal.com/DOR)